Kamis, 13 September 2012

Anak Harus Belajar Ikhlas



Kalau kita ikhlas mengerjakan sesuatu, mudah-mudahan Allah ikhlas memberi kepada kita. Kejujuran dan keikhlasan menjadi landasan utama bagi pasangan Ir Abdul Hadi Jamal MM IPM dengan Dra Hidayani Hadi dalam mendidik anak. Dua hal itu ditanamkan sejak dini sebagai bekal utama bagi anak dalam menjalani hari-hari mereka untuk menapak hari esok yang lebih baik. ''Kalau kita ikhlas mengerjakan sesuatu, mudah-mudahan Allah ikhlas memberi kepada kita,'' Hidayani menjelaskan.

Hadi yang juga komisaris Majalah Sabili dan Majalah Forum ini berpendapat, menanamkan sikap kejujuran dan keikhlasan, tidak hanya sebatas ucapan, tapi harus diwujudkan dalam bentuk contoh konkret. Dalam kaitan ini, rambu-rambu agama dijadikan sebagai pagar pengaman dalam setiap langkah. Kesadaran itu pula yang mendorong pasangan suami istri ini untuk memberikan pendidikan agama kepada anak tidak hanya di rumah. Empat anak mereka menempuh jenjang pendidikan dasar di lembaga pendidikan Islam. Mulai dari si sulung Muchlishah yang kini tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Teknik Elektronika Universitas Indonesia, Muhammad Ilham Rifurio dan Mushehani yang kini duduk di SMA hingga si bungsu Mufiedah.

Menyekolahkan anak di lembaga pendidikan Islam dirasakan perlu untuk membantu mendukung pendidikan yang diberikan di rumah dalam menanamkan akhlak dan berbudi pekerti kepada anak. Hadi dan Hidayani meyakini, sekolah Islam memberikan pendidikan akhlak dan budi pekerti yang baik kepada anak. Ini sejalan dengan pendidikan yang mereka peroleh di rumah. Bagi Hadi Jamal, akhlak adalah segalanya bagi anak. Lelaki kelahiran 18 November 1957 ini mengakui, peran ibu amat besar dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran dan keikhlasan kepada anak. Hidayani selalu berusaha meluangkan waktu bersama anak. Sebagai sarjana pendidikan, dia pula yang terus mengikuti perkembangan psikologi anak-anaknya. ''Kalau anak ingin melakukan sesuatu, saya tidak melarang. Saya cuma kasih gambaran,'' tuturnya. 

Dia pulalah yang mencari guru privat bagi anak-anaknya untuk belajar di rumah. Ini dilakukan untuk memperdalam materi pelajaran yang diperoleh di sekolah. Memberikan les tambahan kepada anak bukan tanpa alasan? Hadi Jamal mengatakan, tujuan utama sekolah bukan nilai, tapi ilmu. Ilmu itu yang harus diketahui dan dikuasai. Karena itulah, guru yang mengajar privat di rumah bukan guru anak di sekolah. ''Kalau guru (di sekolah), ada subjektivitas,'' ujarnya.

Keluarga ini juga menanamkan kemandirian dan hidup hemat kepada anak-anaknya. Hadi juga mengatakan, karena rata-rata anak-anaknya bersekolah dari pagi hingga petang, mau tidak mau mereka mempunyai kebutuhan sendiri selama mengikuti aktivitas di sekolah. Untuk itu, mereka dibiasakan menghitung sendiri kebutuhan masing-masing, lalu diajukan kepada orang tua. Ini dilakukan agar anak belajar mengatur anggaran sendiri. ''Tapi kalau soal buku, tidak ada batasan,'' dia menuturkan. Hadi Jamal melihat anak-anaknya kerap memperoleh tugas mencari dana dalam berbagai aktivitas kepanitiaan yang diikuti di sekolah. 

Baginya, itu hal yang positif. Sebab dengan tugas mencari dana untuk kegiatan bersama, anak memperoleh kesempatan ikut merasakan betapa sulitnya mencari uang. Toh, di tengah kesibukannya yang padat sebagai yang dikenal sebagai salah satu ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (DPP PAN), anggota Komisi V DPR-RI, pimpinan unit usaha PT Bukaka, dan komisaris di dua media, Hadi Jamal masih selalu berusaha dekat dengan anak-anaknya. Ia senantiasa menyempatkan diri mengantar anak-anaknya ke sekolah. Itu sekaligus menjadi kesempatan baginya untuk bisa leluasa mengobrol dengan anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar